Pages

Monday, March 31, 2008

Perjuangan Mendapatkan Kursi di SMA Labschool Jakarta

Yeahh, my first battle starts from SMA Labschool selection. Sebelum berjuang di UN, aku harus berjuang mengalahkan sekitar kurang lebih 1000 siswa yang mendaftar di SMA Labschool Jakarta. Sebenernya, aku ikut seleksi ini cuma buat coba-coba saja. Biasanya kan soal swasta lebih susah daripada soal ujian nasional (UN). Kalau keterima alhamdulillah, kalau nggak yaaa udahh.. tunggu di perang selanjutnya a.k.a. UN. hehe tapi anyway, aku mo cerita tentang satu hari (pas tes Labschool) yang penuh makna buatku.
Oke, tes SMA Labschool diadakan tanggal 30 Maret 2008 jam 08.00. Tapi, di KTP (Kartu Tanda Peserta, hehe) tertulis bahwa peserta tes berada di ruang tes 15 menit sebelum tes dimulai. Hari Minggu tanggal 30 Maret itu aku bangun kesiangan! Sekitar jam 06.30! Kesiangan sholat subuh pula! Setelah selesai sholat subuh yang sangat telat, aku langsung mandi. Sesudah mandi, sekitar jam 6.40an aku langsung sarapan. Nggak tau kenapa, hari itu aku sarapannya tenaaaang banget. Padahal, halooww? mau tes Labschool, Mbak? Kok nyantai? Bukannya buru-buru buar nggak telat!! Selesai makan, sekitar jam 7an, aku langsung ke kamar untuk ganti baju. Setelah ganti baju, aku pun ke meja belajar mengecek keperluan harus wajib dibawa. Selintas aku melihat Mama yang barus saja dari selesai mandi.
"Ya ampun, Mama?! Kok baru mandi?! Nanti aku telaat!" teriakku.
"Iya, Gin. Mama cepet kok!" Mama ngebales.
Dughh, aku uda rada stress! Pasalnya, jam sudah menunjukkan pukul 07.00 dan Mama, yang akan nganterin aku, belom siap! OMG! hehe
Sekitar 15 menit kemudian, Mama baru selesai dandan (-_-). Buru-buru Mama dan aku ke mobil. Kemudian, tiba-tiba saja Papa kepengen ikut ke Labschool juga. Haduhh! Bikin telat aja si Papa! Alhasil, aku berangkat dari rumah jam 7.20an! Padahal, aku harus uda di ruang tes jam 7.45!! Ampuuun!
Nah, di tengah perjalanan, aku baru sadar kalo yang nyetir itu 'Mama'. Yaa, taulahh, kalo ibu-ibu kan biasanya hati-hati alias lama jadinya. Udah gitu di daerah Pasar Rebo pake macet segala lagi! Hmm, dari mulai berangkat, aku emang ada firasat buruk, mungkin maksudnya telat kali ya? hehe
Selama perjalanan menuju Labschool, aku nggak berani ngeliat jam, karena pasti telat. Akhirnya, waktu aku uda sampe di Lampu Merah Pramuka, aku baru berani ngeliat jam. Ternyata waktu sudah menunjukkan jam 7.45!! Aku telat! Aku langsung menghitung lewat jalan mana yang waktunya paling singkat. Akhirnya aku mutusin untuk lewat Jalan Pramuka. Aku selalu memperhatikan jam handphone ku saat itu. Yap! Lima menit kemudian, aku sampe di depan Labschool. Aku langsung turun dari mobil yang masih setengah jalan dan berlari sekenceng mungkin ke ruang 5! Hehe aku malu banget! Soalnya aku itu anak Labschool, tapi kok masih telat? Mestinya kan udah bisa memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk nyampe Labschool. (-_-) payahh,,
Aku lari dari jalan pramuka, masuk ke gedung baru melwati para orang tua yang nggak memberi jalan kepada peserta tes yang telat ini. Aku terus lari sampe akhirnya nyampe di depan papan "Batas Antar Peserta". Aku nyelip masuk di sela-sela papan-papan itu. Waktu aku nyelip, ada seorang ibu dan anaknya yang masih kecil, berdiri menghalangi jalanku yang lagi terburu-burunya. Aku udah bilang, "Permisi.." tapi ibu dan anaknya itu bergeming! Akhirnya aku terobos dan walhasil 'dugghh!' kepala anaknya ketinju sama tangan dan papan jalanku yang sedang mengayun sekencengnya! Waaa! Aku takut banget kalo anak itu nangis! Nambah repot aja 'kan? Tapi, aku nggak peduli! Aku cuma nengok, bilang 'sori' dan langsung ngibrit ke tangga. Ruang 5 ada di lantai 2. Dengan napas yang masih ngos-ngosan, aku masuk ke ruang 5 yang kursinya hanya kosong satu! Ya! Yang kosong itu kursiku! Pas masuk ke ruang 5, aku langsung 'agak' disindir sama pengawasnya. Tapi, aku pede ajaa. Di deket kursiku ada Rina, Adis, Dhisty, Cuta dan Icha. Ternyata, aku duduk sama Icha! Waa, untunglah. haha
Oke, tes pertama: Psikotes. Yaa, cuma untuk ngetes IQ aja. Masih santai. Dalam psikotes ini, tes yang paling aku suka adalah saat kita disuruh bikin gambar apaan aja yang bentuk dasarnya 'lingkaran'! Asiiikk banget! Tanganku nggak berhenti untuk ngegambar semua yang ada dipikiranku yang nggak tau kenapa terasa lagi 'happy'.
Jam 10 'tengg', tes psikotes selesai dan kita pun istirahat. Pas istirahat, aku, Rina dan Cuta bukannya belajar buat tes akademik, tapi malah berkeliling mencari teman-teman lama! haha. Rina bertemu dan ngobrol dengan temen SDnya, sedangkan aku dan Cuta cuma berkeliling melihat foto-foto yang terpampang di kaca jendela. Lucu-lucu banget foto-fotonya! Ada yang foto narsis, foto pas masih kecil, ada yang kaya foto keluarga trus di crop. Waa, aneh aneh dehh! Tapi , itu semua bikin aku dan Cuta 'hahahihi' setiap hinggap dari ruangan yang satu ke ruangan yang lain.
Nggak lama kemudian, bel masuk bunyi. Semua peserta kembali berdebar-debar. Kira-kira sesusah apakah soal Tes Akademik Labschool tahun ini? Setelah semua siswa lengkap dan berada pada kursinya masing-masing, bel kedua pun berbunyi. Semua anak mulai mengerjakan. Hmm, menurutku nyaris semua yang diteskan susah. Maklum aja, peserta yang nomernya 1A10173 ini nggak belajar waktu hari Sabtunya. Hehe agak males karena tujuan dari tes Labschool adalah 'hanya coba-coba'. Waktu yang diberikan untuk tes akademik ini adalah 120 menit (2 jam) untuk 100 butir soal! Awalnya, aku pikir aku bisa menyelesaikannya tepat waktu, tapi siapa sangka? Saat pengawas mengatakan bahwa waktu tinggal TIGA PULUH MENIT lagi, aku pun shock! Masalahnya, aku baru saja membulatkan jawabanku yang ke-50! Masih ada 50 soal lagi yang harus kukerjakan dalam waktu 30 menit!
Saat itu aku mulai pesimis bisa lolos. Walhasil, aku berdoa sambil mengerjakan tes itu secepat mungkin. Alhamdulillah, aku bisa mengerjakan ±40 soal tersebut dalam waktu 20 menit. Walaupun masih ada yang kosong. Kemudian, aku langsung berbalik ke halaman yang belum kukerjakan. Untungnya tes Labschool nggak pake sistem minus. Karena waktunya mepet banget, akhirnya aku cuma membulatkan berdasarkan imajinasi dan feeling. Sampe akhirnya, bel bunyi dan si pengawas mengambil LJK ku. Fyuhhh..untung semuanya uda keisi walaupun asal.
Yaaa, begitulah perjuanganku.. Semoga lulus.. Amiin. Tunggu tanggal 4 April 2008

Monday, March 17, 2008

Menggapai 8

"Menggapai SMAN 8", itulah misiku sekarang. Aku akan bekerja keras untuk mendapatkan SMA yang kutuju! Tapi hanya dengan cara yang sportif tentunya, yaitu belajar dan berdoa.
Seperti yang selalu kudengar dari Al-Qur'an, Insya Allah kita akan berhasil jika kita berusaha (ikhtiar) dan berdoa kepada Allah. Tapi, dalam faktanya, aku masih belum bisa belajar dengan optimal. Bermain, internet, menonton TV, masih setia dipikiranku ini. Tapi ada kalanya juga, keinginan untuk nonton TV, main dan internetan itu hilang. Dan yang ada di dalam pikiranku cuma ada seruan"Ayo, belajar!". Memang aneh rasanya. Kadang jadi orang rajin, kadang jadi childish.
Sekarang, yang aku pikirkan paling penting adalah bagaimana caranya aku bisa sukses masuk 8. Setidaknya nilai UN-ku tinggi, jadi tidak usah bingung mencari sekolah dan aku hanya tinggal memilih. Yang terpenting sekarang untukku adalah belajar, belajar dan belajar segiat mungkin. Pokoknya aku tidak boleh menyesal di hari akhir!

Saturday, March 08, 2008

Review Film: Ayat-Ayat Cinta


Two Thumbs Up” buat Ayat-Ayat Cinta. Ini film memang bagus secara keseluruhan. Yang nonton saja nggak cuma orang muslim, teman-teman kakak saya yang nonmuslim pun juga ikut menonton film ini. Bahkan mereka sampai menangis menontonnya. Dari mulai anak-anak sampe nenek-kakek juga menonton film ini. Film ini masih dikategorikan film bagus, walaupun ada sihh beberapa hal yang membuat saya kurang puas. Pertama, ada setting yang kelihatan banget studionya, yaitu waktu di lorong2 tempat tinggal Fahri. Kemudian, ada juga beberapa hal yang dihilangkan dari cerita asli. Di novel, Fahri pernah bermimpi kalo dia melihat Noura ngebuka kerudungnya dan rambutnya pirang. Itulah sebenernya yang ngebuat dia sadar kalo si Noura itu beda sama si Bahadur. Nahh, bagian itu nggak ada tuh! Tapi bisa dimaklumi karena Zaskia (Noura) memang memakai kerudung dalam reality. Jadi, masa dia mau sih, ngelepas kerudung hanya untuk film? Trus, seharusnya si Maria meninggal nggak lama setelah pernikahan mereka. Trus, seharusnya si Alicia (wartawan Amerika) masuk Islam pas di bagian akhir. Sebenarnya masih banyak sihh yang beda. Tapi, mungkin kalo cerita aslinya dimasukin ke dalam film, waktunya terlalu panjang. Jadi, ada beberapa scene yang dihilangkan.

Tapi, jujur, film ini bagus banget untuk ditonton. Walaupun menurut saya, novel Ayat-Ayat Cinta nggak cocok untuk dijadikan film. Kenapa? Karena di dalam Islam, kita kan nggak boleh saling bersentuhan, sedangkan dalam film ini banyak banget adegan saling bersentuhan tangan antara si Fedi Nuril (Fahri) dan Rianti Cartwright (Aisha) plus Carissa Puteri (Maria). Kalau dalam novel, Fahri, Aisha dan Maria memang terikat dalam sebuah rumah tangga. Jadinya, nggak papa mereka saling bersentuhan. Tapi, bagaimana jika di film? Itu kan hanya akting saja. Mereka bertiga hanya berakting sebagai suami istri. Oleh karena itu, setelah saya tahu bahwa Ayat-Ayat Cinta akan difilmkan, awalnya saya kurang setuju dan bertekad untuk tidak menonton filmnya, karena pasti di dalam film tersebut, banyak adegan-adegan yang tidak diinginkan seperti itu. Tapi, cerita-cerita tentang Ayat-Ayat Cinta yang selalu dibicarakan oleh teman-teman dan guru membuat saya tertarik untuk menonton. Walhasil, hari ini saya langsung pergi ke salah satu bioskop terdekat.

Film ini cukup membuat saya terharu, tapi novelnya membuat saya menangis. Jadi, dapat dikatakan secara keseluruhan, Ayat-Ayat Cinta bagus banget. Tapi, saya sarankan lebih baik baca novelnya daripada menonton filmnya. Sama saja seperti Harry Potter. Tentu novelnya lebih lengkap daripada filmnya, kan? Begitu juga dengan Ayat-Ayat Cinta. Kalian yang baca novelnya, tentu lebih puas daripada yang menonton filmnya. Karena kalau baca novelnya, kamu bisa membuat suasananya sendiri, sesuai dengan imajinasimu. Selamat membaca yoo!

Saturday, March 01, 2008

Mau Marah Malah Banjir

Mengungkapkan perasaan marah adalah salah satu kelemahan atau lebih enak disebut kesulitan kali yee.. Nggak tau kenapa aku tuhh susah untuk marah-marah pake kata-kata. Kalo aku marah, aku selalu kehabisan kata-kata jadinya emosiku keburu turun.. Kalo lagi adu mulut sama papa misalnya. Sebenernya aku nggak salah, tapi malah dimarahin ama papa. Pastinya aku ngebela dengan nada agak marah. Tapi yaa ituu.. aku pasti kehabisan kata-kata dan ujung-ujungnya aku cuma bisa nangis. Sebernernya, aku benci sama kebiasaanku yg satu ini. Mau marah ehhh malah nangis (banjir air mata).. itu tuhh tandanya cengeng! tapi mau diapain lagi? uda jadi kebiasaan..Aku bingung, gimana cara ngebuat hatiku lebih tegar dan nggak cengeng kaya gini.. Sampe sekarang, aku masih kaya gini lho! Mau ngomel-ngomel, tapi jadinya malah nangis.. Makanya kalo di sekolah, aku jarang marah.. Soalnya ntar kalo aku marah, kebiasaanku (nangis) malah keluar lagi!! hehehe ntar dibilang cengeng..

Waktu itu sihh pernah aku marah sambil mengeluarkan kata-kata yang agak menyakitkan, tapi itu pun ngomongnya juga sambil rada nangis! ahahaha aduhh, aku bingung gimana cara menghilangkan kebiasaan ini. Hmm, tapi alhamdulillah sihh, skarang skarang uda nggak suka nangis.. tapi nggak ngomel-ngomel juga.. Justru aku malah diem trus istigfar dehh.. hehe lebih bagus kan?