Pages

Sunday, April 13, 2014

Seandainya

Twitter. Yap, segala informasi mengalir begitu cepatnya di jejaring sosial ini. Timelineku pun banjir dengan segala macem jenis kicauan, mulai dari berita, ramalan cuaca, dan yang pasti temenmu atau kamu tweet ... yaitu masalah pribadi.

Yang terakhir ini nih. Kayanya setiap orang yang punya jejaring sosial, hampir pasti menggunakannya untuk update masalah pribadi. Ya gak? Biasanyaaaa kayak ngedumelin orang yang dia lagi sebel gitu. Bahkan kadang ada suami istri yang berantem! Tapi kok malah di jejaring sosial ya? ckck gak ngerti sih itu niatnya apa -_-

Nah, waktu itu aku lagi gak ada kerjaan jd iseng baca-baca timeline. Lagi asik-asiknya ngescroll down, tiba-tiba ada 1 tweet dari temenku yang sangat bikin...... @#/$&%! Campur aduk bu maksudnya :p entahlah antara kasian, marah, memaklumi smuanya campur aduk. Tweetnya simple dan menurutku kata-kata itu uda biasa diucapin orang-orang. TAPI konteksnya beda. Temenku nge-tweet kayak gini (P.S. ini pake bahasa sendiri, intinya kira-kira gini):

"Seandainya, aku dapat memilih keluarga tempat aku dilahirkan"

Kalimat simple kan? Kata-kata pengandaian kayak "seandainya..." atau "coba kalau..." atau "kalau waktu itu...." emang sering banget dipake sehari-hari kan? Terutama pas kita kecewaa banget terhadap suatu hal yang terjadi. Hemm ya, ini subjektif banget sih emang.. tapi personally, aku gak suka banget sama orang yang mengandai-andai karena sesuatu yang telah terjadi itu gak sesuai dengan harapannya, kayak kecewa tadi itu. Kalo mengandai-andai yang dimaksud itu bermimpi, lain soal yee haha.

Kenapa emangnya sama mengandai-andai?.....

Yaaa, oke. Sebagai seorang muslimah, pastinya setiap apa yang dilakukan harus merujuk kembali ke 2 pedoman umat Islam. Ya kan? Jadi, sebisa mungkin aku selalu menilai sebuah fenomena dari kacamata agama terlebih dahulu. Fanatik? Hemm, kalo menurutku fanatik terhadap ajaran agama adalah sesuatu yang pada tempatnya. Karena...apa lagi yang bisa kita pegang untuk masuk ke surga selain agama? Gak ada.

Oke sorry, prolog jawabannya kepanjangan haha. Jadi, kembali ke pertanyaan awal. Kenapa emangnya sama mengandai-andai?

Alasan pertama :
Al Baqarah : 216
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”

Masyaa Allah, ayat ini ngena banget ya! Kalimat terakhir "Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui", menurutku benar-benar menekankan bahwa Allah tau segalanya dan uda mengatur skenario hidup kita sedemikian rupa baiknya. Jadi, kalau kita mengandai-andai, berarti kita yang sok tau. Wong yang maha tau bilangnya A, kok kita yang gak tau apa-apa malah berani bilang kalo seandainya itu B, hasilnya akan lebih bagus?

Alasan kedua:
Hadits Riwayat Bukhari
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, "Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain." Akan tetapi katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat." Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan." (HR. Muslim)

Nah, ini lebih ngena lagi hehe. Kayanya uda cukup jelas ya disebutkan di hadits tsb bahwa kita sudah secara jelas dilarang (di hadits tersebut menggunakan kata jangan) untuk mengandai-andai. Apalagi menurut hadits di atas, mengandai-andai itu membuka pintu setan! Hiih, makin jauh deh sama Allah :""( Oiya trus, kalo mengandai-andai kita juga bisa termasuk ke dalem orang-orang yang gak percaya dong ya sama Allah. Kenapa? Karena kita gak percaya kalo Allah Maha Mengetahui. Waduh, bahaya euy buat tauhid kita >.<

Alasan ketiga:
Yaelaaah, uda kejadiaaan, gausah di andai-andai! Gak akan ngubah juga~
[Yang ketiga alasan pribadi, hehe *peace]

Nah, makanya kita gak usah mengandai-andai kejadian yang uda lalu deh~ mending kita terima apa yang memang uda kejadian, percaya kalau itu hal yang terbaik untuk kita, ambil hikmahnya, trus jadiin kekuatan buat diri kita dan bekal buat ke depannya deh! InsyaaAllah kita bakalan jadi pribadi yang lebih baik dan positif ;)

Oiya, khusus menanggapi isi tweet temenku di atas... kita itu harus tetap bersyukur... gimana pun keluarga tempat kita dilahirkan, segala kekurangan dan kelebihannya, kita harus tetap bersyukur...karena kita gak akan seperti sekarang (ngebaca post ini, hehe) kalau Allah gak memberikan kita lingkungan seperti keluarga kita saat ini. Dan jangan mengandai-andai! DEAL WITH IT dan jadikan itu kekuatan agar kita lebih baik :)

Ahhh...jadi keinget obrolan sama Papa yang saat itu kerja di sebuah perusahaan yang beli pesawat Sukhoi...
Papa : Kalo bos Papa percaya dan dengerin apa kata Papa, perusahaannya ga jadi kayak gini
Aku : Iya, Pap. Tapi kalo misalnya dia percaya sama kata-kata Papa, nanti Papa disuruh ikut joy flight Sukhoi.... *tersenyum tipis*
(Desember 2013)