Saturday, March 08, 2008
Review Film: Ayat-Ayat Cinta
“Two Thumbs Up” buat Ayat-Ayat Cinta. Ini film memang bagus secara keseluruhan. Yang nonton saja nggak cuma orang muslim, teman-teman kakak saya yang nonmuslim pun juga ikut menonton film ini. Bahkan mereka sampai menangis menontonnya. Dari mulai anak-anak sampe nenek-kakek juga menonton film ini. Film ini masih dikategorikan film bagus, walaupun ada sihh beberapa hal yang membuat saya kurang puas. Pertama, ada setting yang kelihatan banget studionya, yaitu waktu di lorong2 tempat tinggal Fahri. Kemudian, ada juga beberapa hal yang dihilangkan dari cerita asli. Di novel, Fahri pernah bermimpi kalo dia melihat Noura ngebuka kerudungnya dan rambutnya pirang. Itulah sebenernya yang ngebuat dia sadar kalo si Noura itu beda sama si Bahadur. Nahh, bagian itu nggak ada tuh! Tapi bisa dimaklumi karena Zaskia (Noura) memang memakai kerudung dalam reality. Jadi, masa dia mau sih, ngelepas kerudung hanya untuk film? Trus, seharusnya si Maria meninggal nggak lama setelah pernikahan mereka. Trus, seharusnya si Alicia (wartawan Amerika) masuk Islam pas di bagian akhir. Sebenarnya masih banyak sihh yang beda. Tapi, mungkin kalo cerita aslinya dimasukin ke dalam film, waktunya terlalu panjang. Jadi, ada beberapa scene yang dihilangkan.
Tapi, jujur, film ini bagus banget untuk ditonton. Walaupun menurut saya, novel Ayat-Ayat Cinta nggak cocok untuk dijadikan film. Kenapa? Karena di dalam Islam, kita kan nggak boleh saling bersentuhan, sedangkan dalam film ini banyak banget adegan saling bersentuhan tangan antara si Fedi Nuril (Fahri) dan Rianti Cartwright (Aisha) plus Carissa Puteri (Maria). Kalau dalam novel, Fahri, Aisha dan Maria memang terikat dalam sebuah rumah tangga. Jadinya, nggak papa mereka saling bersentuhan. Tapi, bagaimana jika di film? Itu kan hanya akting saja. Mereka bertiga hanya berakting sebagai suami istri. Oleh karena itu, setelah saya tahu bahwa Ayat-Ayat Cinta akan difilmkan, awalnya saya kurang setuju dan bertekad untuk tidak menonton filmnya, karena pasti di dalam film tersebut, banyak adegan-adegan yang tidak diinginkan seperti itu. Tapi, cerita-cerita tentang Ayat-Ayat Cinta yang selalu dibicarakan oleh teman-teman dan guru membuat saya tertarik untuk menonton. Walhasil, hari ini saya langsung pergi ke salah satu bioskop terdekat.
Film ini cukup membuat saya terharu, tapi novelnya membuat saya menangis. Jadi, dapat dikatakan secara keseluruhan, Ayat-Ayat Cinta bagus banget. Tapi, saya sarankan lebih baik baca novelnya daripada menonton filmnya. Sama saja seperti Harry Potter. Tentu novelnya lebih lengkap daripada filmnya, kan? Begitu juga dengan Ayat-Ayat Cinta. Kalian yang baca novelnya, tentu lebih puas daripada yang menonton filmnya. Karena kalau baca novelnya, kamu bisa membuat suasananya sendiri, sesuai dengan imajinasimu. Selamat membaca yoo!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wets, film ama novel kagak bisa dibandingin. Tapi ya, bagus kan filmnya. haha.
ReplyDeleteayo isi komen dongg.. sepiii kayak kuburan! hhe
ReplyDelete